Popular Post

Posted by : Ahmad Imam Khoiruddin Selasa, 23 April 2013

Bagian Pertama


Aku tersadar, aku sedang berjalan di antara rerumputan yang kian meranggas. Ya, di pagi buta itu, aku, bersama keempat temanku, Kodir, Kohar, Jun, dan Jalal. Kodir dan Kohar adalah tetanggaku, sedangkan Jun dan Jalal adalah teman kami sejak kami membentuk sebuah grup kecil-kecilan, yang kuberi nama Roker Bojonggede. Ya, memang, basis kami berada di Stasiun Bojonggede yang makin mati itu. 

"Hir, sadar Hir, tar kecemplung lo!" ujar Kodir, memecah bayanganku.
"Tau nih, ngayal mulu lo! Udeh, jangan ngayal yang enggak-enggak lo!" sela Kohar.
"Astaghfirullah, siape yang ngayal ukapboneng? Gw cuman ga habis pikir, dulunya kita kan kejar-kejaran ama pamsus kereta, gara-gara kite ga kuat beli karcis. Sekarang, kite harus kejar-kejaran ame angkot. Ga seru nih" jawabku.
"Makanya, beli karcis tuh yg bener, gara-gara penumpang kayak lo nih kite jadi begini" canda Jun. Candaan yang membuat aku agak naik darah.
"Tong, kite bukan org kaya kayak elu. Kite kalo naek kereta bisanye bayar dua rebu doang paling banter. Lu bersyukur dong, lu bisa beli karcis sembilan rebu, ga takut dikejar petugas. Klo gw jadi elu, mending tu duit gw celengin dah" jawabku panjang lebar.

Ya. Di saat PT. KAI menghapuskan KRL Ekonomi pada 1 Juni lalu, banyak Rombongan Kereta yang geram. Mereka beramai-ramai merusak apa saja yang ada di depan matanya. Apalagi pamsus / kondektur kereta yang membuat mereka naik pitam. Mereka sama seperti kami, merasa dicekik oleh kapitalis KAI. Mereka melampiaskan kekesalan dengan membantai petugas tersebut beramai-ramai. Sedangkan kami, hanya melihat dari kejauhan, dan menuliskan itu untuk tugas pengamatan kami.

Ditambah lagi, dengan ulah para Railfans yang hanya bisa melakukan perjalanan terakhir KRL Ekonomi (Sad Ride) seperti yang terlihat di perjalanan KRL Ekonomi terakhir pada 31 Mei lalu. Membuat kami geregetan. Aku lihat di Facebook mereka, tertulis besar-besar "JANGAN KORBANKAN HARGA DIRI & KEGANTENGAN / KECANTIKAN ANDA DENGAN NAIK KERETA API TANPA MEMBELI TIKET!" Membuat aku dan komplotanku makin geregetan. Ditambah lagi, dengan ulah mereka yang menurutku bukannya membela penumpang, malah membela KAI. 

Setelah kerusuhan-kerusuhan itu, PT. KAI lantas tidak memberhentikan KRL di Stasiun Bojonggede, basis komplotanku, karena stasiun inilah yang benar-benar dirusak oleh komplotan-komplotan Roker yang merasa dicekik. Kami, yang terdiri dari para pelajar yang setiap hari pulang pergi ke Jakarta, hanya bisa mengelus dada.

Ya, kini, kami terpaksa harus naik angkot dahulu ke daerah Depok, untuk menjangkau KRL yang kini hanya sampai stasiun Depok.

"Penuh nih Hir! Gimana nih?" ujar Jalal, yang dari tadi hanya diam.
"Udeh, ngegandul aje, daripada kelamaan!" 
"Yaudeh, awas pade jatoh tar gw disalahin" sela Kodir yang kutunjuk jadi penanggung jawab komplotan.
"Udeh, cepetan" ujar Jun

Akhirnya, pada pagi itu, bersama komplotan Roker lainnya, aku dan komplotanku berangkat ke Jakarta, kota metropolitan yang kala itu sudah jauh berubah. Di sana, kami harus bersaing dengan anak-anak metropolitan, yang bisa mendapat semua dengan mudah, termasuk masa depan dan cita-cita.


To be continued...

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Ahmad Tohir's blog - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -